Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Brain and Movie

Berikut ini adalah film-film yang recommended untuk ditonton. Selain bikin merinding karena bisa bikin tersentuh, film ini juga membuka wawasan kita tentang kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada otak kita atau orang-orang disekitar kita. Yang pertama, A Beautiful Mind dengan penyakit schizophrenia yang diderita si John Nash. Awal mula nonton film ini, atas rekomentasi dari partner tugas akhir saya. Karena kita berdua sama-sama mengambil topik bahasan Revenue Management, yang mana pendekatan yang digunakan adalah Game Theory dan persamaan equilibrium, yang tidak lain tidak bukan adalah hasil karya dari si John Nash. Kedua, film Moment to Remember, yang sukses membuat saya dan teman kos mrebes mili nontonnya. Mana yang lebih sedih? Ditinggal mati orang yang disukai atau dilupakan orang yang disukai karena penyakit Alzheimer  ? Kalo nonton film ini, jadi keinget sama film lainnya yang mirip, berjudul "50 First Date" (* yang ini versi happy ending-nya). Terak...

Ada gak sey? Jangan-jangan kering,,

#Umaylehh# Yeyyy, liburan. Bagi para pekerja tambang, tanggal merah yang ada di calendar bisa dikatakan tidak ada artinya, sekalipun itu hari Minggu. Tapi beruntung bagi kami, enam tanggal merah di calendar adalah hari yang kami tunggu-tunggu, termasuk tanggal 17 Agustus. Biasanya setiap 17an, para pemuda-pemuda menjadikannya sebagai ajang untuk mendaki puncak gunung, mengibarkan bendera sang saka merah putih, dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” di puncak gunung, entah itu gunung Semeru, gunung Merbabu, gunung Rinjani, atau gunung-gunung lainnya. Lah terus, untuk kita-kita yang terdampar di Kalimantan, emangnya ada gunung yang bisa didaki. Gak ada gunung, bukit pun jadi. Di Kalimantan Selatan sendiri terdapat satu pegunungan yang cukup terkenal, yakni pegunungan Meratus (*dengan puncak tertingginya sekitar hanya 1400 mdpl). Dan di wilayah sekitar pegunungan Meratus ini, terdapat satu kecamatan yang juga cukup terkenal akan wisata alamnya, yakni Loksado. Dua wisata al...

"Serbu"

Jakarta again. Kalau lagi ke Jakarta kadang suka bingung mau jalan-jalan kemana. Setelah browsing-browsing, ada dua tempat di Jakarta, dan untungnya di Jakarta Selatan, yang cukup membuat saya tertarik. Kedua tempat tersebut adalah museum. Dulu, saya selalu beranggapan bahwa museum itu membosankan, karena kita hanya melihat-lihat barang-barang tak bergerak dengan warna-warna yang kesannya suram karena sudah termakan usia. Kemudian kita juga diharuskan untuk membaca seluruh penjelasan untuk masing-masing barang yang dipajang agar kita mengetahui kisahnya. Tapi semenjak saya mengunjungi museum Ulen Sentalu di daerah Kaliurang, Yogyakarta, saya jadi ketagihan untuk mengunjungi museum yang sejenis. Saya mencoba menyimpulkan, bahwa museum yang dikelola pribadi biasanya akan dikemas lebih menarik dibandingkan dengan museum yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah. Walaupun keduanya sama-sama menjaga barang-barang bernilai historis dengan sebaiknya-baiknya, tetapi selalu sa...

Bebe(s)

Eheemmm., Semuanya, ada yang pernah menonton film yang berjudul Babies? Film dokumenter keluaran tahun 2010 ini berkisah tentang kehidupan bayi-bayi di beberapa penjuru dunia yang berbeda-beda bahasa, budaya, dan lingkungan tempat mereka dibesarkan. Thomas Belmes mendokumentasikan bayi-bayi tersebut mulai dari mereka lahir hingga mereka dapat berjalan untuk pertama kalinya. Film ini selalu membuat saya geli ketika melihat tingkah pola bayi-bayi tersebut. Saya sendiri jarang sekali bersentuhan dengan bayi. Perbedaan umur saya dengan adik-adik saya adalah 3 tahun dan 5 tahun. Sehingga, saya masih terlalu kecil pada saat itu untuk menikmati rasanya bersentuhan langsung dengan adek bayi. Pengalaman pertama saya berurusan dengan bayi-bayi adalah saat saya KKN. Dimana, di desa tempat KKN saya, cukup terkenal dengan pola masyarakatnya yang berani menikah muda, sehingga disana cukup banyak keluarga yang memiliki anak pada kisaran umur 0 – 3 tahun. Saya sering harus berhadapa...

The Three Musketeers and The Treasure Island

Bertiga lagi, bertiga lagi. Karena kakak dan adek-adek memiliki kesibukannya masing-masing, akhirnya kami lagi-lagi liburan hanya bertiga. Entah si kakak yang sibuk dengan kerjaannya dan bayinya, entah si adik yang sibuk dengan tugas besarnya, dan si adik lainnya yang sibuk dengan hal-hal baru seputar dunia perkualiahan, teman-teman baru, tempat yang baru, dan minat barunya. Maka kami bertiga memutuskan untuk berlibur bertiga daripada mencari dan menunggu waktu yang tepat untuk berlibur dengan anggota keluarga yang lengkap. Setelah sebelumnya kami berlibur ke Bali dan Jogjakarta bertiga, akhirnya liburan kali ini kami memutuskan untuk berlibur ala trekker. Destinasi yang kami pilih berlokasi di daerah pertengahan antara Bondowoso dan Banyuwangi, tepatnya kami mencoba untuk trekking menuju kawasan kawah Ijen, di Jawa Timur. Kawah Ijen sendiri terkenal akan sumber belerangnya yang memiliki kualitas yang sangat baik, dengan kadar belerang hingga 98%. Untuk mencap...

Glowing

Sudah lebih dari enam tahun saya jadi pengguna setia si Apel Putih, tapi baru sekarang saya memanfaatkan fitur iPhoto di laptop saya. Dengan iPhoto, kita bisa membuat photo album, greeting card, ataupun calender yang bisa disisipi foto-foto koleksi pribadi kita sesuai dengan theme yang kita pilih. Lumayan killing time juga untuk menyelesaikan satu project photo album. Berikut photo album yang sukses saya kerjakan selama hampir dua jam, setelah pilih-pilih foto dan lagu yang jadi backsound photo album ini. Untuk project ini, judul yang saya pilih adalah "Glowing". Sebuah judul yang menurut saya simple banget, diangkat dari sebuah judul lagu yang liriknya juga simple banget. "Glowing" sendiri, maknanya dalam bahasa Indonesia berarti bercahaya. Tapi, kalau saya mengartikan kata "glowing" dalam lirik lagu tersebut, sepertinya lebih mendekat pada kata "berbinar-binar". Kalau kata Mavis Dracula di film Hotel Transylvania (2012), "glowi...

Kisah Baim dan Jane

Cerita ini bermula dari dua orang sahabat yang sudah lebih dari satu tahun tidak bertemu. C andra:   Heh, Im. Kon wes rabi ta? Owwhh, gateli kon. Rabi rak ngondo-ngondo. Baim:   Iyo, Can. Supurane yo. Proses ne cepet banget se. Candra:   Crito-crito, Im. Kon kok iso, rabi mbek arek iku? Pacarane mule kapan, Im? Baim:   Aku lak wes ngomong Can, aku pengenne langsung rabi ae, rak usah pacaran-pacaran. Belajar dari pengalaman sak durung e. Males aku pacaran. Pacarannya habis rabi ae. Candra:   Iyo, Im. Tapi, kon metuk bojomu iku nangdi? Terus, dek e kok iso, mau kon ajak rabi? Baim:   Critanne dhowo, Can. Candra:   Halahh, tak denger ke. Wes ta Im, critak no nang aku. Baim:   Yo, pertama ne, aku tiba-tiba pengen cepet rabi Can. Aku lak wes dhuwe gawean ta. Jadi mau nunggu apa lagi. Tapi sayangnya sing mau diajak rabi durung onok. Tapi aku wes niat, Can. Jadi ya tinggal nyari bojo ne ae. Candra:   Terus, terus? Bai...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...

Carribean Van Java

Bulan April 2011, saya berpetualang ke sebuah tempat di utara Pulau Jawa, tepatnya di utara Jepara, dan lebih jelasnya, saya berlibur ke Karimun Jawa selama tiga hari dua malam. Kyyyaa. Senengnya. Eitss,, tunggu dulu. Jalan yang harus saya tempuh untuk mencapai Karimun Jawa bisa dikatakan cukup ribet. Saya harus berangkat jam 12 siang dari Yogyakarta menuju Semarang. Dan sayangnya, saya salah memilih terminal yang seharusnya untuk turun, sehingga saya malahan harus menuju terminal Terboyo melewati tengah kota Semarang yang terkenal padatnya, bukannya melewati jalan tol. Sampai di terminal Terboyo sekitar pukul enam sore. Dan untungnya, saya tidak tertinggal bus terakhir jurusan Jepara ini. Minibus yang saya tumpangi cukup padat, sehingga saya harus berdiri sampai setengah dari perjalanan menuju Jepara. Hikkksss. Namun, banyak hal-hal unik yang saya temukan ketika akan berangkat ke Karimun, termasuk berkenalan dengan teman baru di bus. Hehheh. Sampai di Jepara pukul sembilan malam...