Langsung ke konten utama

The Three Musketeers and The Treasure Island


Bertiga lagi, bertiga lagi.

Karena kakak dan adek-adek memiliki kesibukannya masing-masing, akhirnya kami lagi-lagi liburan hanya bertiga. Entah si kakak yang sibuk dengan kerjaannya dan bayinya, entah si adik yang sibuk dengan tugas besarnya, dan si adik lainnya yang sibuk dengan hal-hal baru seputar dunia perkualiahan, teman-teman baru, tempat yang baru, dan minat barunya. Maka kami bertiga memutuskan untuk berlibur bertiga daripada mencari dan menunggu waktu yang tepat untuk berlibur dengan anggota keluarga yang lengkap.

Setelah sebelumnya kami berlibur ke Bali dan Jogjakarta bertiga, akhirnya liburan kali ini kami memutuskan untuk berlibur ala trekker. Destinasi yang kami pilih berlokasi di daerah pertengahan antara Bondowoso dan Banyuwangi, tepatnya kami mencoba untuk trekking menuju kawasan kawah Ijen, di Jawa Timur.

Kawah Ijen sendiri terkenal akan sumber belerangnya yang memiliki kualitas yang sangat baik, dengan kadar belerang hingga 98%. Untuk mencapai puncak kawah Ijen dari Bondowoso, kami harus melewati 4 kali pos penjagaan. Mulai dari pos keempat, dimulailah trekking mendaki puncak. Untuk orang pada umumnya, lama perjalanan menuju puncak sekitar 2 jam. Namun, karena kami berhenti untuk beristirahat hingga 12 kali, kami menghabiskan waktu tiga jam berjalan kaki, dan akhirnya tiba di puncak pukul enam pagi.

Belerang-belerang di kawah Ijen dikelola oleh pihak swasta, yakni PT Candi Ngrimbi. Sebelumnya, saya mengira bahwa belerang yang bentuknya padat seperti batu, diperoleh dengan cara menambang batu-batu tersebut dari gunung belerang sama halnya dengan menambang batu kapur. Namun ternyata, belerang-belerang padat yang ditambang di kawasan kawah Ijen berasal dari gas belerang yang keluar dari perut bumi dan mengalami pengkristalan. Jadi, gas yang keluar dari perut bumi disalurkan atau dihubungkan dengan pipa baja yang bertujuan agar gas belerang tersebut lebih terarah sehingga meminimalkan tingkat bahaya yang ditimbulkan jika dihirup oleh penambang ataupun wisatawan. Gas panas tersebut ketika bersentuhan dengan udara dingin pegunungan akan langsung mencair dan tidak lama kemudian akan langsung membeku dan membentukan bongkahan-bongkahan belerang padat. Sanking panasnya gas belerang yang keluar dari perut bumi, jika kita beruntung mencapai kawah sebelum matahari terbit, kita dapat menyaksikan secara langsung fenomena api biru. Api biru ini dihasilkan oleh gas belerang yang terbakar karena terlalu panas. Namun, api ini sangat berbahaya sehingga harus langsung dipadamkan dengan air dari kolam buatan yang memang sudah disediakan oleh pengelola tambang belerang ini. Jadi, walaupun kebetulan kita bisa melihat api biru ini, ehh beberapa menit kemudian api ini akan langsung dipadamkan.


Gas - Cair - Padat

Proses penambangan belerang di kawasan kawah Ijen ini cukup tradisional. Karena penambang harus mengangkut atau memanggul belerang seberat 70-90 kg per hari dengan rute naik gunung-turun ke kawah-naik ke puncak kawah-turun gunung. Ketika saya melihat para penambang ini yang jumlahnya menurut saya ratusan, saya jadi teringat film masa kecil tentang para biksu shaolin yang harus naik turun gunung dengan membawa timba berisi air. Menurut saya, para penambang ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat kesabaran yang sangat tinggi, dan betapa besar rasa syukur mereka ketika mereka bisa sampai ke puncak kawah dengan selamat sambil memakul belerang-belerang mereka. Padahal, mereka masih harus menempuh 2 jam perjalanan lagi turun gunung hingga sampai ke basecamp pengepul.

Sang Penakluk

Terkadang saya juga berpikir, mengapa cara tradisional ini masih dipertahankan? Apakah tidak mungkin jika kita membangun track conveyor untuk mempermudah dan mempercepat proses pengangkutan seperti halnya tambang batu bara? Atau, apakah tidak mungkin jika gas belerang tersebut disalurkan dengan pipa dan compressor yang dijaga panas suhunya hingga sampai ke kaki gunung seperti halnya tambag gas alam cair? Kedua metode ini mungkin memang akan mematikan sumber penghasilan para penambang belerang tersebut. Tapi jika harus memilih, lebih kasihan yang mana, melihat mereka memikul beban berat dengan jarak yang panjang, atau melihat mereka kehilangan mata pencahariannya?

Saya sendiri lebih merasa puas karena akhirnya saya bisa mengunjungi kawah Ijen ini. Selain, akhirnya saya mendapat wawasan baru seputar dunia belerang, saya juga bersyukur karena masih bisa menikmati pemandangan indah di kawah Ijen ini. Dimulai dari perjalanan menuju pos terakhir, dimana jalan dikanan-kiri dipenuhi dengan deretan kebun tebu, pohon asam, kebun kopi, dan bunga matahari. Kemudian dilanjutkan dengan pendakian saat padang bulan purnama, dimana dikanan-kiri jalan setapak dipenuhi dengan pohon-pohon besar. Dan ketika mencapai puncak, kita disuguhi pemandangan gunung-gunung dan lembah-lembah di bawahnya. Ditambah lagi, ketika kita mendekat ke kawasan kawah Ijen, caldera dengan warna airnya yang biru kehijau-hijauan telah menanti kita. Turun ke kawah, akan kita temui hamparan pasir emas yang sebenarnya adalah pasir belerang.

Pergi ber-trekking ria ke kawah Ijen bertiga, kita bagaikan the three musketeers yang akhirnya terdampar di sebuah pulau yang dipenuhi dengan emas. Heheheh *ngayal.    


Jalur Pendakian


Di Puncak Kawah

The Treasure Island


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Clever Lands: Motivasi

Gegara punya anak (dan instagram), kebiasaan saya yang lama sempat menghilang. Yakni membaca dan menulis. Sekarang, sedikit sedikit saya ingin mengembalikan kebiasaan baik itu. Dimulai dari membaca. Usai membaca rasanya ingin menuangkannya dalam tulisan dan berbagi ke orang banyak. Gegara punya anak (juga), saya jadi gemar membaca buku parenting dan educating, salah satunya buku berjudul  Clever Lands.  Yang membandingkan sistem pendidikan di lima negara yang dianggap sukses dalam mendidik generasi muda. “Good education is a product of collaboration”. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari budaya, kebijakan pemerintah, sampai taktik dan strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. Motivasi adalah dorongan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang kerap terus melakukan aktivitas belajar dan mengajar. “Motivation 1.0 is simply that we have a drive for survival. Motivation 2.0 is based on the assumption that humans seek reward and avoid puni...

Obrolan di Meja Makan

Entri ini adalah kelanjutan dari obrolan gak penting di meja makan dan terkait dengan status yang dipasang salah satu temen kantor di whatsap-nya – “Menyibak Fenomenalitas Mangkuk Ayam Jago” Cerita ini timbul karena di ruang makan mess, tersedia dua jenis sendok berbeda bentuk, dimana salah satu bentuk sendok tidak lazim digunakan untuk makan. Cerita ini berlanjut ketika kami berempat berdebat mengenai bentuk sendok yang tidak lazim tersebut. Saya dan Candra merasa sendok tersebut tidak cocok digunakan untuk menyuap nasi, dikarenakan bentuknya yang bulat dan terlalu besar dan lebih cocok digunakan sebagai sendok sup. Salah satu teman membela diri dengan pernyataan bahwa sendok inilah yang biasanya digunakan orang-orang Korea untuk makan nasi. Namun, setelah kami bertiga menilik lebih lanjut, bentuk kepala sendok bisa jadi mirip dengan sendok-sendok yang biasa digunakan orang-orang Korea. Tapi dari segi panjang sendok, jelas sangat berbeda dengan sendok Korea, yang setidak...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...