Langsung ke konten utama

Carribean Van Java

Bulan April 2011, saya berpetualang ke sebuah tempat di utara Pulau Jawa, tepatnya di utara Jepara, dan lebih jelasnya, saya berlibur ke Karimun Jawa selama tiga hari dua malam. Kyyyaa. Senengnya. Eitss,, tunggu dulu.

Jalan yang harus saya tempuh untuk mencapai Karimun Jawa bisa dikatakan cukup ribet. Saya harus berangkat jam 12 siang dari Yogyakarta menuju Semarang. Dan sayangnya, saya salah memilih terminal yang seharusnya untuk turun, sehingga saya malahan harus menuju terminal Terboyo melewati tengah kota Semarang yang terkenal padatnya, bukannya melewati jalan tol. Sampai di terminal Terboyo sekitar pukul enam sore. Dan untungnya, saya tidak tertinggal bus terakhir jurusan Jepara ini. Minibus yang saya tumpangi cukup padat, sehingga saya harus berdiri sampai setengah dari perjalanan menuju Jepara. Hikkksss. Namun, banyak hal-hal unik yang saya temukan ketika akan berangkat ke Karimun, termasuk berkenalan dengan teman baru di bus. Hehheh. Sampai di Jepara pukul sembilan malam, dan jangan harap penderitaan berakhir begitu saja.

Saya harus menginap di salah satu hotel di Jepara sebelum bergabung dengan rombongan lainnya esok hari. Hotel yang saya pilih mematok harga Rp 70,000/malam dengan fasilitas dua kasur tidur (*agaknya mubazir karena saya sendirian), kipas, dan kamar mandi dalam, plus beberapa kecoa yang berseliweran. Hiiiii.

Besoknya, finally I am not alone anymore. Gabung bareng si kakak dan teman-teman lainnya, kami berangkat menuju dermaga. Sebelum bisa menginjakkan kaki di kepulauan nan cantik ini, kami mesti melatih kesabaran dengan hidup terombang-ambing di lautan selama 6 jam a.k.a terjebak di kapal. Aktivitas selama di kapal: foto-foto, ngobrol-ngobrol, tidur-tidur, makan-makan, dan baca-baca. Kali ini bacaan yang setia menemani saya selama perjalanan adalah “Stargirl”. Dan saya langsung jatuh cinta pada karakter Stargirl di buku ini. Untungnya kami memperoleh tempat duduk yang pewe banget. Gak kebayang aja, kalo kami harus duduk enam jam di tangga darurat, di atas atap kapal yang pastinya jam dua belas teng bakal berasa kayak panggangan, atau duduk di lorong-lorong. Duhh,, menderita banget pastinya. Berdoa aja deh supaya kapal ini gak karam, karena pastinya jumlah safety vest yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah penumpangnya.

Jam empat sore sampailah kami di Karimun. Kyyyaaaaaa. Kali ini baru boleh bersorak sepuasnya. Selama di Karimun, kami dipandu oleh guider yang ternyata mantan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Teknik Kimia. Semua itinerary sudah diatur oleh mas Bayu. Intinya, aktivitas selama di Karimun gak jauh-jauh dari bermalas-malasan dan berbasah-basahan. Mulai dari duduk-duduk di pinggir pantai disiang dan sore hari, ber-snorkeling di dua titik yang berbeda, minum es kelapa di malam hari di tengah keramaian alun-alun kota, menghirup udara ikan segar khas kota pelabuhan, Makan ikan bakar yang baru ditangkap oleh nelayan sepuasnya, berjalan keliling kampung di malam hari dan menyapa setiap orang yang ditemui, sok-sok-an untuk memegang ikan hiu, penyu, dan bulu babi, serta nonton bareng film yang mengambil setting di pulau ini, "Mutiara di Balik Pesisir" di kantor kelurahan.

Pengalaman berlibur ke Karimun Jawa kali ini punya keunikannya tersendiri bagi saya, karena ini adalah pengalaman pertama saya ber-snorkeling. Dan perjalanan ke Karimun ini ditutup dengan manis oleh atraksi lumba-lumba yang saling berkejaran disekeliling kapal niaga yang mengantarkan kami kembali ke Jepara. Subhanallah.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Clever Lands: Motivasi

Gegara punya anak (dan instagram), kebiasaan saya yang lama sempat menghilang. Yakni membaca dan menulis. Sekarang, sedikit sedikit saya ingin mengembalikan kebiasaan baik itu. Dimulai dari membaca. Usai membaca rasanya ingin menuangkannya dalam tulisan dan berbagi ke orang banyak. Gegara punya anak (juga), saya jadi gemar membaca buku parenting dan educating, salah satunya buku berjudul  Clever Lands.  Yang membandingkan sistem pendidikan di lima negara yang dianggap sukses dalam mendidik generasi muda. “Good education is a product of collaboration”. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari budaya, kebijakan pemerintah, sampai taktik dan strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. Motivasi adalah dorongan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang kerap terus melakukan aktivitas belajar dan mengajar. “Motivation 1.0 is simply that we have a drive for survival. Motivation 2.0 is based on the assumption that humans seek reward and avoid puni...

Obrolan di Meja Makan

Entri ini adalah kelanjutan dari obrolan gak penting di meja makan dan terkait dengan status yang dipasang salah satu temen kantor di whatsap-nya – “Menyibak Fenomenalitas Mangkuk Ayam Jago” Cerita ini timbul karena di ruang makan mess, tersedia dua jenis sendok berbeda bentuk, dimana salah satu bentuk sendok tidak lazim digunakan untuk makan. Cerita ini berlanjut ketika kami berempat berdebat mengenai bentuk sendok yang tidak lazim tersebut. Saya dan Candra merasa sendok tersebut tidak cocok digunakan untuk menyuap nasi, dikarenakan bentuknya yang bulat dan terlalu besar dan lebih cocok digunakan sebagai sendok sup. Salah satu teman membela diri dengan pernyataan bahwa sendok inilah yang biasanya digunakan orang-orang Korea untuk makan nasi. Namun, setelah kami bertiga menilik lebih lanjut, bentuk kepala sendok bisa jadi mirip dengan sendok-sendok yang biasa digunakan orang-orang Korea. Tapi dari segi panjang sendok, jelas sangat berbeda dengan sendok Korea, yang setidak...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...