Eheemmm.,
Semuanya, ada yang pernah menonton film yang berjudul Babies? Film dokumenter keluaran tahun
2010 ini berkisah tentang kehidupan bayi-bayi di beberapa penjuru dunia yang
berbeda-beda bahasa, budaya, dan lingkungan tempat mereka dibesarkan. Thomas
Belmes mendokumentasikan bayi-bayi tersebut mulai dari mereka lahir hingga
mereka dapat berjalan untuk pertama kalinya. Film ini selalu membuat saya geli
ketika melihat tingkah pola bayi-bayi tersebut.
Dulu saya merasa takut jika berada di dekat anak kecil. Tapi
semenjak itu saya jadi mulai berani dan selalu penasaran dengan bayi-bayi dan
balita. Suatu ketika, salah satu teman saya memperkenalkan saya pada sebuah
tempat di sepanjang selokan Mataram di daerah Seturan, Jogjakarta. Tempat
tersebut adalah sebuah panti asuhan yang merawat bayi-bayi dan anak-anak kecil
dibawah umur tujuh tahun. Perbedaan yang saya rasakan ketika bersentuhan dengan
bayi-bayi yatim piatu dengan bayi yang masih memiliki kedua orang tuanya adalah
bayi-bayi yatim piatu tersebut lebih mandiri, mereka jarang rewel dan mudah
beradaptasi dengan orang-orang baru. Di panti asuhan tersebut sering saya temui
sepasang suami istri yang sangat ingin mengadopsi bayi-bayi tersebut. Hingga
tidak jarang saya hanya bertemu dengan seorang bayi satu kali, dan kali
berikutnya saya berkunjung ke panti asuhan tersebut, bayi itu telah diadopsi
oleh seseorang. Namun, yang bikin saya bingung hingga sekarang, kenapa yah teman saya selalu rutin
mengajak saya berkunjung ke panti asuhan itu pada hari-hari menjelang ujian?
Hahh, misteri lagi buat saya.
Setelah belajar untuk mengenal bayi, akhirnya pada bulan
April, saya resmi menjadi tante. Yeyyyy. Liburan di bulan Mei ini cukup
menyenangkan buat saya, karena dirumah sudah menanti seorang bayi “kecil” yang
siap untuk diusilin. Bersama si “kecil” saya belajar untuk menidurkan bayi,
memandikan bayi, menggendong bayi, hingga memotong kuku dan rambutnya. Hehehhe.
Hal seru lainnya adalah melihat foto-foto dan videonya, memilih-milih baju-baju
mini di toko khusus perlengkapan bayi, membelikan botol ASI dengan harga yang
mahal dan ternyata di tolak mentah-mentah oleh si “kecil”, menyemangati si
“kecil” ketika akan pup (ini yang
paling seru), membuka kado-kado pasca aqiqahan dari teman-teman dan
saudara-saudara, serta membeli perlengkapan bayi lainnya, seperti bantal,
guling, hingga sepatu.
![]() |
Fidis Shakiy Arsalan |
Selain bermain dengan si “kecil” saya juga menyempatkan liburan beberapa hari ke Jakarta, dan mampir ke Bekasi untuk bersua dengan si kecil lainnya. Putri kecil yang satu ini adalah anak dari teman saya dimasa kanak-kanak. Kita juga sebenarnya masih saudara jauh. Terakhir kali bertemu dengan si putri kecil, ketika dia masih didalam kandungan pada umurnya yang menginjak 8 bulan. Sekarang, si putri kecil yang satu ini sudah bisa merangkak dan berdiri dan makan sendiri. Sang ibu mempraktikkan cara makan dengan metode food finger. Si putri kecil dibiarkan makan ubi rebus, kentang rebus, atau pisang dengan tangannya sendiri. Dengan metode food finger, si anak akan mulai belajar tekstur dari makanan yang mereka makan serta melatih kemandiriannya. Gak kerasa deh. Rasanya baru kamarin Thya mengirimkan MMS yang mengabarkan kelahiran si putri kecil, dan sekarang si putri kecil sudah berumur 8 bulan lebih.
Itu anaknya Thya Can?? Gemeees.. namanya lhoo puanjangnyaa :D
BalasHapusIyaaa. Mirip banget sama thya. namanya gak mau kalah panjang sama ibuknya
Hapus