Kalau seorang bayi tiap enam jam sekali musti ganti popok,
berarti dalam sehari bayi tersebut akan menghabiskan empat popok. Dimana harga
rata-rata sebungkus popok-sekali-pakai isi 20 buah adalah 50,000 rupiah. Maka
bisa dibayangkan uang yang akan dikeluarkan per bulannya untuk hanya membeli
popok bayi saja, sekitar 300,000 rupiah. Belum lagi susu bayinya. Maka dari itu,
berbanggahatilah anak-anak yang memiliki ibu yang masih mau repot-repot
memakaikan bayi-bayinya popok kain, dan memberikan ASI exclusive selama dua tahun.
Itu artinya, orang tua kita sudah menabung selama dua tahun penuh untuk
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan kita dimasa yang akan datang, Ceilehhh.
Selain popok dan susu, kalau kita mau melihat disekeliling
kita, sebenarnya banyak barang-barang bayi yang kurang pas untuk dibeli, yang
alokasi dananya bisa kita gunakan untuk membeli barang lainnya yang lebih
bermanfaat dikemudian hari atau barang-barang yang lebih nyaman digunakan oleh
bayi. Ini menurut analisis saya ketika melihat anak-anak orang, sey. Monggo dikomentari jika kurang
berkenan.
1. Baby
Bouncer versus Ba’ayun Anak
Baby bouncer atau
saya lebih suka menyebutnya kursi malas, adalah salah satu barang yang menurut
saya kurang bermanfaat untuk bayi. Tumbuh kembang seorang bayi bisa dikatakan
sangat kilat. Contohnya, sewaktu Fidis kecil, Fidis sering didudukkan di bouncer-nya. Namun, semenjak umur 4
bulan, Fidis lebih cenderung suka untuk duduk tegak. Jadi, ketika dia
didudukkan di bouncer-nya, dia akan
cenderung untuk bangkit dari bouncer-nya
dan menolak untuk disandarkan kembali. Alhasil, bouncer Fidis pensiun dini diumur 4 bulan.
Saya lebih setuju dengan tradisi klasik masyarakat Banjar,
yakni ba’ayun anak, karena lebih ekonomis. Ba’ayun anak adalah tradisi ibu-ibu masyarakat
Banjar di Kalimantan Selatan jika menidurkan anak bayinya dengan cara mengayun.
Ayunan itu terbuat dari tapih bahalai atau kain kuning dengan ujung-ujungnya
diikat dengan tali haduk (ijuk). Ayunan ini biasanya digantungkan pada
penyangga plapon di ruang tengah rumah.
Baby Shoes, barang
yang satu ini harganya gak mau kalah
sama harga sepatu ibunya yang biasa dijual di Matahari Department Store. Kalau
menurut saya, seorang bayi gak perlu
dipakaikan sepatu. Selain ribet, belum tentu bayi suka dipakaikan sepatu.
Contohnya lagi Fidis, setiap Fidis dipakaikan sepatu pasti tangannya gatel untuk nge-lepasin sepatunya. Parahnya lagi, beberapa sepatu Fidis
kehilangan kembarannya, entah jatuh dimana. Hehehhe. Bayi lebih cocok dibelikan
sepatu ketika sudah masuk usianya untuk belajar jalan. Kalau masih suka
digendong-gendong sey, mendingan uangnya
di-saving aja.
Lagipula, sekarang sudah banyak kaos kaki-kaos kaki
bergambar lucu, yang dijual di toko-toko. Yang paling kreatif tuh kaos kaki bergambar sepatu. “Sekali
Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui.”
Kebawa-bawa kebiasan orang Barat yang biasanya menyiapkan
kamar pribadi untuk bayinya atau minimal baby
box untuk tempat tidur si kecil. Di logika aja deh, bayi kan lagi
lucu-lucunya, mana mau kita pisah lama-lama sama mereka, termasuk disaat dia
tidur. Jadi sudah pasti baby box adalah
salah satu barang dengan kandidat sebagai barang bayi yang paling gak penting! Baby box Fidis di rumah terbengkalai bahkan sampai sekarang tidak
pernah digunakan. Penghuni baby box Fidis
malahan adalah tumpukan
mainan-mainannya.
Kasihan juga kalau bayi terkurung di baby box-nya. Lagipula, lebih asik tidur bareng bayi di kasur yang
luas, dikelilingi bantal-bantal, dan ketika membuka mata menyambut hari yang
baru, orang yang pertama kali kita lihat adalah dia. Cieeehh. Mungkin tujuan baby
box memang baik, supaya bayi tidah jatuh dari kasur ketika tidur, tapi
masih lebih baik lagi jikalau orangtuannya-lah yang menjadi penjaganya di saat
tidur.
Lagi-lagi menurut saya, seorang bayi gak perlu dibelikan teether untuk
melatih giginya agar lebih kuat. Selain itu, kita juga tidak bisa memastikan
kebersihan ataupun kualitas plastik/karet pada teether.
Tidak dapat dipungkiri, ciptaan Allah-lah yang paling juara.
Orang tua bisa merelakan jari tangannya untuk digigit-gigit si kecil. Kita bisa
memastikan jari kita bersih dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Selain itu,
jari kita juga dilengkapi dengan indra perasa. Pastinya, kita akan lebih tahu,
apakah semakin hari gigitan si kecil semakin kuat/tidak.
5. Baby Walker versus Alphabet Train
Sebenarnya baby walker
ini bukanlah barang yang tidak berguna. Tapi kalau disuruh memilih sey, Alphabet Train menurut saya lebih
banyak manfaatnya dibandingkan baby
walker biasa. Tidak bermaksud untuk promosi, si Alphabet Train ini bisa didorong-dorong atau dikendarai. Ada juga
lagu-lagu dan gambar-gambar sederhana yang mudah dimengerti dan didengar
anak-anak. Fidis sendiri, di rumah mempunyai keduanya. Untuk kegunaan yang
sama, sepertinya kurang ekonomis kalau kita membeli kedua barang tersebut.
Setuju bangettt buat Baby Box vs Kasur! Dari dulu aku heran, kok mau-maunya bobo pisah sama baby. Padahal kan mereka lucu, empuk dan wangiii. Lagian apa ya ngga takut baby-nya diculik? *kebanyakan nonton film* Fidis itu anaknya si kakak ya Bu Can?
BalasHapusBenerr banget!! kasur luas dan super empuk emang paling juara! Ditambah lagi ndo, yang gak kalah gak penting, guling bayi yang ukurannya imut-imut itu. Sekali tendang sama bayi udah kocar-kacir kemana-mana. Kalo memang niatnya buat pembatas mah mending sekalian guling yang gede.
Hapus