Langsung ke konten utama

Menggali Akik


Entri kali ini tidak lain dan tidak bukan didasari dari fenomena yang sedang nge-boom-ing di awal tahun 2015. Apalagi kalau bukan euphoria batu akik. Ketertarikan terhadap batu akik tidak hanya menjamah warga kalangan atas, tapi juga menengah ke bawah. Tidak hanya bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi juga anak-anak. Tidak hanya di Kalimantan, tapi hampir di seluruh wilayah Indonesia raya.



bayi ikutan demam batu akik


Tidak usah jauh-jauh, di kantor sendiri, sudah mulai banyak pria-pria yang menggunakan cincin beraneka warna ini. Secara tidak langsung ketika berdiskusi dengan mereka, mata saya akan langsung beralihperhatian ke jari-jari mereka. Mengamati setiap keunikan dari motif-motif batu akik tersebut. Saya sendiri kurang tertarik untuk menggunakan cincin batu akik. Karena pada dasarnya aksesoris yang sewajarnya menempel pada tangan saya hanyalah jam tangan saja.

Kalimantan Selatan itu sendiri sudah sejak dulu kala terkenal sebagai kota intan-permata, khususnya di wilayah Martapura. Tapi kenapa fenomena batu akik ini baru heboh sekarang? Setiap rekan kerja yang baru kembali dari scheduled field break-nya pasti akan ditagih oleh-oleh batu khas kampung halaman. Bagi para pecinta batu akik, mata mereka akan semakin “awas”, ketika berjalan di tambang, sambil melihat-lihat batu yang tersebar, dan berharap dapat menemukan batu yang unik-unik.



cake akik

Yasudahlah. Berhenti terkaget-kaget dengan fenomena batu akik ini. Sebaiknya kita kembali ke jaman sekolah dulu. Tepatnya ketika kita duduk di bangku SD kelas 5. Masih ingat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya mengenai “Batuan dan Tanah?”

Secara umum jenis-jenis batuan terbagi menjadi tiga. (1) Batuan beku, adalah batu yang terbentuk dari magma yang membeku. (2) Batuan sedimen, adalah batu yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan, batuan yang terkikis, atau endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. (3) Batuan malihan/metamorf, adalah batuan beku atau batuan sedimen yang mengalami perubahan, dikarenakan tekanan atau panas. Jadi, kira-kira batu akik ini termasuk dalam golongan yang mana yaa? Dan bagaimana proses pembentukannya?

Setelah browsing-browsing, ada satu artikel dari International Gem Society yang menjelaskan pertanyaan di atas dengan sangat sederhana. Batu permata sering disebut sebagai batu mulia atau gemstone. Proses pembentukan gemstone di alam umumnya melalui proses kristalisasi. Jadi, bagaimana proses kristalisasi itu? Menurut wikipedia.com, kristalisasi adalah proses pembentukan benda padat dari pengendapan larutan, melt (campuran lelehan), atau dari gas. Jangan samakan larutan yang mengkristal dengan larutan yang membeku. Larutan yang mengkristal tidak akan meleleh pada suhu ruangan. Agar lebih mudah memahami bagaimana kristal dapat tumbuh/terbentuk, kita bisa belajar dari proses pembuatan gula batu, yang mengkristalisasi larutan gula.  






Kita bayangkan saja, jika larutan gula tersebut adalah magma yang ada di perut bumi. Kemudian panas dari kompor tersebut adalah panas bumi (geothermal), dan lamanya larutan gula tersebut didiamkan selama 2 minggu kita ganti dengan umur bumi sejak terbentuknya hingga sekarang, serta gelas sebagai ruang tempat terbentuknya kristal gula dianalogikan dengan retakan pada perut bumi, maka cairan magma tersebut nantinya akan membentuk kristal batuan seperti halnya dengan rock candy.

Kesimpulannya, terdapat lima hal yang dibutuhkan untuk membentuk gemstone. Ingredient. Temperature. Pressure. Time. Space.

Komposisi mineral pada batuanlah yang membuat munculnya keanekaragaman batuan, baik dari segi warna dan tingkat kekerasan. Kombinasi yang tepat antara temperature dan pressure akan membuat mineral tersebut mengkristal dalam kurun waktu tertentu. Namun, kristal tidak akan tumbuh jika tidak ada ruang yang cukup untuk kristal berkembang. Proses kristalisasi ini sifatnya intermitten. Ketika kelima unsure tersebut terpenuhi maka kristal akan terus tumbuh. Dan, ketika salah satu dari kelima unsure pembentukan kristal tidak terpenuhi, maka pertumbuhan kristal akan terhenti.

“In geological terms, time should be more than sufficient. However, this is a highly tumultuous environment. The passages are constantly opening and collapsing. Often crystals start to form, and then the passage feeding the fluid is closed off. At this point all growth stops. If the passage reopens, growth will begin again. Often this on and off growth pattern is undetectable in a crystal. Other times, the successive layers of growth will have a slightly different chemical composition. When this happens, you see color zoning in the crystal.”

Jika merujuk pada penjelasan singkat diatas, menurut saya batuan akik yang saat ini sedang mem-boom-ing, bisa kita kategorikan sebagai batuan malihan/metamorf.


Note:
Foto-foto di atas diambil dari profile picture BBM istri-istri teman di kantor. (*maaf, kalau saya lancang meng-upload tanpa meminta izin). Tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya foto-fotonya kreatif sekali! Hehheeeh ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Clever Lands: Motivasi

Gegara punya anak (dan instagram), kebiasaan saya yang lama sempat menghilang. Yakni membaca dan menulis. Sekarang, sedikit sedikit saya ingin mengembalikan kebiasaan baik itu. Dimulai dari membaca. Usai membaca rasanya ingin menuangkannya dalam tulisan dan berbagi ke orang banyak. Gegara punya anak (juga), saya jadi gemar membaca buku parenting dan educating, salah satunya buku berjudul  Clever Lands.  Yang membandingkan sistem pendidikan di lima negara yang dianggap sukses dalam mendidik generasi muda. “Good education is a product of collaboration”. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari budaya, kebijakan pemerintah, sampai taktik dan strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. Motivasi adalah dorongan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang kerap terus melakukan aktivitas belajar dan mengajar. “Motivation 1.0 is simply that we have a drive for survival. Motivation 2.0 is based on the assumption that humans seek reward and avoid puni...

Obrolan di Meja Makan

Entri ini adalah kelanjutan dari obrolan gak penting di meja makan dan terkait dengan status yang dipasang salah satu temen kantor di whatsap-nya – “Menyibak Fenomenalitas Mangkuk Ayam Jago” Cerita ini timbul karena di ruang makan mess, tersedia dua jenis sendok berbeda bentuk, dimana salah satu bentuk sendok tidak lazim digunakan untuk makan. Cerita ini berlanjut ketika kami berempat berdebat mengenai bentuk sendok yang tidak lazim tersebut. Saya dan Candra merasa sendok tersebut tidak cocok digunakan untuk menyuap nasi, dikarenakan bentuknya yang bulat dan terlalu besar dan lebih cocok digunakan sebagai sendok sup. Salah satu teman membela diri dengan pernyataan bahwa sendok inilah yang biasanya digunakan orang-orang Korea untuk makan nasi. Namun, setelah kami bertiga menilik lebih lanjut, bentuk kepala sendok bisa jadi mirip dengan sendok-sendok yang biasa digunakan orang-orang Korea. Tapi dari segi panjang sendok, jelas sangat berbeda dengan sendok Korea, yang setidak...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...