Langsung ke konten utama

Take A Walk, Bus, Speedboat, APV, Ferry, Funicular, and A Bike

Jalan-jalan ke Pulau Pinang pada dasarnya mengandung arti yang sebenarnya, jalan-jalan – take a walk. Dengan adanya trotoar yang luas dan lokasi tempat wisata yang dapat ditempuh dengan trekking memasuki hutan atau hiking ke atas bukit melewati lorong-lorong penjual cindramata, jalan-jalan ke Pulau Pinang kali ini dapat dikategorikan sebagai healthy travelling.

Selain jalan kaki, hampir semua alat transportasi sudah kami cicipi disini. Moda transportasi yang sangat mencolok pastinya adalah bus kota. Bus Rapid Penang yang dapat digunakan bebas tanpa batas selama seminggu oleh para turis dapat diperoleh dengan membeli tourist passport seharga RM 30 [1]. Rute bus ini sangat mudah dipahami dan memiliki shelter yang tersebar di tempat-tempat yang strategis sehingga memudahkan para pelancong untuk mencapai destinasi yang mereka inginkan [2], walau tak jarang kita juga masih harus berjalan hingga 500 meter ke depan.

Untuk berkeliling seluruh pulau menggunakan bus Rapid Penang dijamin tidak akan kesasar. Seluruh bus Rapid Penang akan melewati terminal Komtar (Kompleks Tun Abdul Razak). Disini kita tinggal memilih “lane” yang akan dituju berdasarkan rute yang diinginkan. Maka dari itu untuk lebih mengefisiensikan waktu dan tenaga, sangat dianjurkan untuk mencari penginapan yang berlokasi di sekitar Komtar. Selama tiga malam, kami menginap di sebuah lodge di Jalan Hutton [3], selain dekat dengan Komtar, penginapan kami juga berdekatan dengan Chowrasta Market yang menjual barang-barang cinderamata kota Penang.

Salah satu itinerary yang tidah boleh tertinggal ketika mengunjungi Pulau Pinang adalah mengelilingi Georgetown. Sebagai World UNESCO Heritage Site, kota ini dipenuhi dengan bangunan-bangunan bernilai histori tinggi yang masih terawat dengan baik. Selain itu, pada beberapa sudut di lorong-lorong kota ini terdapat beraneka macam street art [4] yang sayang untuk dilewatkan. Mengelilingi kota ini bisa menggunakan dua moda transportasi, sepeda dan bus kota yang tentunya dipadu dengan berjalan kaki. Penyewaan sepeda yang paling recommended adalah di toko Mr Chin Seng Leong yang berlokasi di Jalan Armenian. Selain harga sewanya yang murah, yakni RM 10/sepeda/hari, toko Mr Chin Seng Leong  ini buka lebih pagi dibandingkan tempat penyewaan sepeda lainnya. Untuk moda transportasi bus, bus yang bisa digunakan adalah Rapid Penang Central Area Transit (CAT) [5], dimana shelter yang dilewati oleh bus ini sangat berdekatan dengan landmark Gorgetown.


Mural Art
Kekurangan berwisata menggunakan bus kota adalah kita sering kali kesulitan dalam me-manage waktu. Saya sendiri tidak bisa memperkirakan waktu tempuh rute bis tertentu untuk mencapai lokasi wisata yang saya inginkan. Kemudian saya juga sering kali salah menentukan shelter bus yang paling dekat dengan tempat tujuan saya, maka tidak jarang saya harus berjalan jauh atau bahkan menunggu bus lagi untuk melanjutkan perjalanan atau kembali ke shelter yang sebelumnya telah dilewati. Di hari ketiga travelling, saya kebetulan bertemu dengan seorang “datuk” yang berbaik hati mengajak kami join dengan teamnya untuk jalan-jalan keliling Pulau Pinang. Dan gratis. Hari itu seakan-akan roda keberuntung sedang berada di atas (*lebayy). Selain kami memperoleh teman baru (yang ternyata adalah WNI asal Bali yang sudah hampir dua tahun bekerja di Kuantan), kami juga sempat berkunjung ke tempat-tempat wisata di luar itinerary yang sudah dirancang, kemudian yang pasti kami dapat menghemat waktu, karena kami dapat berjalan-jalan keliling  Pulau Pinang menggunakan “kreta plesiran” alias mobil APV.


My Lucky Day

Selain daratannya yang cantik, wisata bahari Pulau Pinang juga tidak boleh dilewatkan. Pantai yang paling terkenal di Pulau Pinang adalah pantai di sepanjang Batu Ferringi. Di sepanjang pantai ini berjejer hotel-hotel dan resort yang berdiri di pinggir bukit dan menghadap kearah pantai serta memanfaatkan pemandangan yang menampilkan cakrawala lautan luas di utara Pulau Pinang. Namun, menurut saya, tempat yang terindah itu justru adalah tempat yang sulit dijamah oleh manusia. Di hari kedua saya melancong ke Pulau Pinang, saya bermaksud untuk menghabiskan waktu setengah hari untuk menikmati Pantai Kerachut yang berlokasi di sebelah barat laut pulau tersebut. Menurut saya pantai ini sangat istimewa karena pantai ini cukup alami, dan bahkan penyu-penyu hijau menggunakan pantai ini untuk bertelur. Selain itu, di pantai ini juga terdapat danau bertipe meromiktik 
[6]. Sayangnya danau yang langka ini tengah mengalami kekeringan ketika saya berlibur bulan Maret kemarin. Untuk mencapai pantai Kerachut, rute yang saya ambil adalah Komtar – Teluk Bahang, dan berhenti di shelter Penang National Park. Dari sini kita dapat trekking memasuki hutan dan mendaki bukit sejauh 2 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Setelah menyebrangi jembatan Pantai Kerachut, kita akan disuguhi hamparan pantai putih dengan butiran pasir sebesar gula pasir. Selanjutnya, untuk mempersingkat waktu, kami kembali ke Penang National Park dengan menggunakan speedboat yang dapat disewa dengan harga RM 70 per boat, dengan kapasitas boat 10 orang.


Pantai Kerachut

Selain Pulau Pinang, sebagian dari mainland juga masih termasuk ke dalam distrik Pulau Pinang. Dihari ketiga, kami mencoba untuk menyebrang ke mainland. Dari terminal ferry (jetty) di Weld Quay, kami menyebrang ke pulau utama dengan menggunakan ferry. Karena jarak island dengan mainland cukup dekat, maka waktu yang dibutuhkan untuk tiba di mainland hanya sekitar 20 menit. Selanjutnya, di mainland kami berkesempatan untuk mengujungi Penang Bird Park. Setelah puas menikmati atraksi burung-burung eksotis, kami kembali ke Pulau Pinang dengan mengambil rute melewati Penang Bridge.

Ferry at Weld Quay
Moda transportasi terakhir yang sempat kami coba adalah sebuah funicular. Funicular ini sejenis kereta, namun “kereta” funicular ini berjalan di atas rel yang mendaki bukit yang cukup tinggi, sehingga posisi funicular ini hamper sempurna 45oRasanya naik funicular ini seperti kalau kita naik roller coaster di Dufan, tapi versi slow motion-nya. Serrrruuuu!!!!! Di Pulau Pinang, ada dua jenis funicular yang bisa kita  pilih berdasrkan budget yang kita sediakan. Funicular yang mendaki Bukit Bendera mematok harga RM 30, sedangkan funicular yang mendaki bukit di atas Kek Lok Si temple hanya mematok harga RM 4. Perbedaan yang sangat significant, kan? Panorama yang bisa kita nikmati di atas Bukit Bendera adalah seluruh kota Pulau Pinang, karena Bukit Benbera sendiri adalah bukit tertinggi di pulau ini. Sedangkan di puncak kuil Kek Lok Si, terdapat patung dewi Kwan Im dengan ukuran yang sangat besar. Namun, saya berkesempatan menaiki funicular Bukit Bendera dengan cuma-cuma. Heheh 


Funicular

Itinerary:
Batu Feringgi Night Market, Penang National Park, Kerachut Beach, Floating Mosque, Gurney Drive Hawker, Gurney Plaza, Wat Chaiya Mangkalaram Temple, Burmese Temple, Strait Quay, Kek Lok Si Temple, Penang Hill, Weld Quay (jetty) to Butterworth, Penang Bird Park, Penang Bridge, Georgetown World UNESCO Heritage Site, Penang Street Art, Chocolate Boutique 


"Sungkeman"

Cup .. Cup ..

Dewi Kwan Im

Bird Park


Notes:

[1] Di beberapa tempat umum yang strategis terdapat kiosk Bus Rapid Penang yang melayani pembuatan tourist passport. Saya sendiri membuat kartu tersebut di Weld Quay Terminal yang tepatnya berlokasi di bawah jembatan penyebrangan. Kiosk ini buka pada hari Senin hingga Sabtu dari pukul 8 pagi hingga 8 malam.
[2] Berikut ini merupakan website yang memberikan informasi mengenai rute bus Rapid Penang: http://www.mypublictransport.com/2011/03/rapid-penang-bus-routes.html, dimana masing-masing rute bus, dilengkapi informasi mengenai shelter/bus pit stop dan landmark yang berada disekitarnya, serta rute bus lainnya (percabangan) yang melewati shelter tersebut.
[3] Berikut ini merupakan website resmi dari penginapan yang saya gunakan selama di Pulau Pinang: http://www.huttonlodge.com/, penginapan ini masuk dalam kategori budgeting hotel/hostel, dan menurut saya rating untuk hostel ini adalah 4 of 5.
[4] Penang Street Art merupakan suguhan entertain baru di Pulau Pinang. Mural Art ini baru ada sejak tahun 2012 lalu. Berikut website yang menyuguhkan informasi lengkap mengenai lokasi dari masing-masing Mural Art tersebut: http://www.onlypenang.com/where-to-go/penang-street-art-wall-painting-at-penang/
[5] Website rute bus Rapid Penang Central Area Transit ini sangat bermanfaat bagi Anda yang ingin menjelajah Georgetown, dipadu dengan Penang Map yang bisa kita dapatkan secara gratis, baik di airport ataupun di penginapan. Berikut websitenya: http://www.mypublictransport.com/2011/03/rapid-penang-cat-central-area-transit.html
[6] Danau meromiktik adalah danau yang memiliki lapisan-lapisan air yang tidak akan tercampur sampai kapanpun juga. Danau yang kita kenal pada umumnya dikategorikan sebagai danau holomiktik, dimana perbandingan jumlah antara danau meromiktik dan holomiktik adalah 1:1000 sampai 1:3000. Di Asia sendiri, danau meromiktik hanya ada di Pulau Pinang, Palau, dan Tibet (Sumber: wikipedia.com). 


Postingan populer dari blog ini

Review Buku Clever Lands: Motivasi

Gegara punya anak (dan instagram), kebiasaan saya yang lama sempat menghilang. Yakni membaca dan menulis. Sekarang, sedikit sedikit saya ingin mengembalikan kebiasaan baik itu. Dimulai dari membaca. Usai membaca rasanya ingin menuangkannya dalam tulisan dan berbagi ke orang banyak. Gegara punya anak (juga), saya jadi gemar membaca buku parenting dan educating, salah satunya buku berjudul  Clever Lands.  Yang membandingkan sistem pendidikan di lima negara yang dianggap sukses dalam mendidik generasi muda. “Good education is a product of collaboration”. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari budaya, kebijakan pemerintah, sampai taktik dan strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. Motivasi adalah dorongan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang kerap terus melakukan aktivitas belajar dan mengajar. “Motivation 1.0 is simply that we have a drive for survival. Motivation 2.0 is based on the assumption that humans seek reward and avoid puni...

Obrolan di Meja Makan

Entri ini adalah kelanjutan dari obrolan gak penting di meja makan dan terkait dengan status yang dipasang salah satu temen kantor di whatsap-nya – “Menyibak Fenomenalitas Mangkuk Ayam Jago” Cerita ini timbul karena di ruang makan mess, tersedia dua jenis sendok berbeda bentuk, dimana salah satu bentuk sendok tidak lazim digunakan untuk makan. Cerita ini berlanjut ketika kami berempat berdebat mengenai bentuk sendok yang tidak lazim tersebut. Saya dan Candra merasa sendok tersebut tidak cocok digunakan untuk menyuap nasi, dikarenakan bentuknya yang bulat dan terlalu besar dan lebih cocok digunakan sebagai sendok sup. Salah satu teman membela diri dengan pernyataan bahwa sendok inilah yang biasanya digunakan orang-orang Korea untuk makan nasi. Namun, setelah kami bertiga menilik lebih lanjut, bentuk kepala sendok bisa jadi mirip dengan sendok-sendok yang biasa digunakan orang-orang Korea. Tapi dari segi panjang sendok, jelas sangat berbeda dengan sendok Korea, yang setidak...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...