Langsung ke konten utama

Coklat Kodok


Ngomong-ngomong tentang valentine dan berujung menyerempet ke coklat, saya jadi mulai penasaran tentang asal usul dari white chocolate. Kalau coklat itu berwarna cokelat (brown), lantas dari mana asal warna putih pada white chocolate? Kalau penasaran seperti ini, orang yang akan saya cari pertama kali pasti mbah Google. Dan setelah browsing-browsing, ternyata warna putih dari coklat putih bukan berasal dari pewarna melainkan lemak yang dihasilkan dari bijih coklat.

Singkatnya, asal muasal sebuah coklat adalah dari bijih coklat. Bijih coklat ini kemudian dikeringkan di bawah terik matahari. Selanjutnya, bijih coklat yang telah dikeringkan dipanggang selayaknya bijih kopi dan kulit dari bijih coklat dipisahkan, yang kemudian dikenal dengan istilah chocolate liquor. Jika chocolate liquor ini diperas maka akan dihasilkan ekstrak atau lemak coklat yang dikenal sebagai cocoa butter. Ampas dari chocolate liquor yang sudah tidak mengandung lemak inilah yang disebut dengan cocoa powder. Maka untuk membuat plain chocolate, komposisi yang digunakan adalah cocoa powder, chocolate liquor, cocoa butter, dan gula. Sedangkan untuk membuat white chocolate, komposisi yang digunakan hanyalah cocoa butter, susu, dan gula. Selanjutnya, untuk membuat rainbow chocolate, komposisi yang digunakan tentunya adalah white chocolate dan pewarna permen.

Teman-teman yang mengaku sebagai para penggemar Harry Potter, pada masih inget gak sama chocolate frog? Kebayang gak sey, gimana gelinya makan coklat yang bentuknya kayak kodok? Di London sendiri, coklat kodok ini sudah mulai diproduksi dan dipasarkan di kota dimana cerita tentang penyihir cilik ini dimulai. Coklat kodok ini dikemas dengan sangat menarik dan mirip dengan penggambaran di filmnya.

Saya pribadi cenderung suka untuk membeli coklat berdasarkan rasanya, bukan tampilannya. Saya lebih suka milk chocolate ketimbang dark chocolate (baca: coklat pahit). Selama lebih dari 20 tahun coklat favorit saya adalah  milk chocolate, sampai saya mencicipi coklat dengan flavor praline, yang menyisakan sedikit rasa asin di lidah. Praline merupakan campuran almond yang dilapisi caramel dan dihaluskan secara bersamaan. Kemudian, para ahli coklat Belgia mencampurkan praline ke dalam lapisan coklat, hingga terciptalah cita rasa coklat yang unik. Menurut saya, rasa coklat inilah yang paling sempurna, manis, sedikit pahit, dan menyisakan rasa sedikit asin.

Ngomongin tentang coklat, beberapa hari yang lalu, ketika saya dan beberapa rekan kerja berkumpul untuk membicarakan project kami, tiba-tiba salah satu rekan kerja menawarkan sebuah coklat Delfi (milk chocolate) kepada kami. Dan tentunya dalam waktu beberapa menit saja, coklat tersebut ludes tak bersisa. Kemudian, saya memergoki salah seorang rekan kerja sibuk berprakarya sambil mendengarkan obrolan meeting. Dengan menggunakan kemasan coklat Delfi, dia me-recycle sampah kertas tersebut menjadi sebuah bentuk yang eye catching. Dan semenit kemudian, jadilah prakarya yang dibuat. Yak, this is the hilarious chocolate frog. Gak perlu jauh-jauh ke London untuk bisa menikmati coklat ini.


Coklat Kodok Delfi


Cerita Tambahan:
Saya sangat menggemari seni “origami” yang berasal dari negri sakura ini. Namun, sejak saya berumur 10 tahun, bentuk origami favorit saya adalah burung bangau. Gak bisa ngeliat kertas nganggur, 15 menit kemudian kertas tersebut akan berubah menjadi seekor burung bangau. Entah brosur yang dibagikan para sales, kertas coretan, atau kertas lipat, semua akan bermetamorfosis menjadi bangau. 




Postingan populer dari blog ini

Review Buku Clever Lands: Motivasi

Gegara punya anak (dan instagram), kebiasaan saya yang lama sempat menghilang. Yakni membaca dan menulis. Sekarang, sedikit sedikit saya ingin mengembalikan kebiasaan baik itu. Dimulai dari membaca. Usai membaca rasanya ingin menuangkannya dalam tulisan dan berbagi ke orang banyak. Gegara punya anak (juga), saya jadi gemar membaca buku parenting dan educating, salah satunya buku berjudul  Clever Lands.  Yang membandingkan sistem pendidikan di lima negara yang dianggap sukses dalam mendidik generasi muda. “Good education is a product of collaboration”. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari budaya, kebijakan pemerintah, sampai taktik dan strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. Motivasi adalah dorongan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang kerap terus melakukan aktivitas belajar dan mengajar. “Motivation 1.0 is simply that we have a drive for survival. Motivation 2.0 is based on the assumption that humans seek reward and avoid puni...

Obrolan di Meja Makan

Entri ini adalah kelanjutan dari obrolan gak penting di meja makan dan terkait dengan status yang dipasang salah satu temen kantor di whatsap-nya – “Menyibak Fenomenalitas Mangkuk Ayam Jago” Cerita ini timbul karena di ruang makan mess, tersedia dua jenis sendok berbeda bentuk, dimana salah satu bentuk sendok tidak lazim digunakan untuk makan. Cerita ini berlanjut ketika kami berempat berdebat mengenai bentuk sendok yang tidak lazim tersebut. Saya dan Candra merasa sendok tersebut tidak cocok digunakan untuk menyuap nasi, dikarenakan bentuknya yang bulat dan terlalu besar dan lebih cocok digunakan sebagai sendok sup. Salah satu teman membela diri dengan pernyataan bahwa sendok inilah yang biasanya digunakan orang-orang Korea untuk makan nasi. Namun, setelah kami bertiga menilik lebih lanjut, bentuk kepala sendok bisa jadi mirip dengan sendok-sendok yang biasa digunakan orang-orang Korea. Tapi dari segi panjang sendok, jelas sangat berbeda dengan sendok Korea, yang setidak...

One Point Five Degree of Separation

  Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget dengerin lagu-lagunya The Script. Dan disetiap ada kesempatan karaoke bareng temen-temen kantor, pasti setidaknya ada satu lagu The Script yang kita nyanyiin bareng. Irama yang dimainkan pada setiap lagunya enak banget untuk didengerin sebelum tidur, selagi di bus menuju kantor atau pulang dari kantor, atau selagi nunggu antrian mandi. Kesukaan saya pada lagu-lagu The Script berawal dari irama musiknya yang enak didengar. Entah lagu itu bercerita tentang apa, atau tentang siapa, pokoknya saya langsung jatuh hati pada semua lagunya. Berawal dari suka, saya mulai menyelami setiap lirik pada lagu-lagu The Script. Dan ternyata, hampir disetiap lagunya mengandung makna seorang "brokenhearted man", baik yang digambarkan secara frontal maupun secara eksplisit. Contohnya saja lagu yang paling sering diputer jaman kuliah dulu, “How can I move on when I still in love with you?” … “Thinking maybe you’ll come back here to ...