Topik kali ini bermula saat saya ditraktir seorang rekan kerja di rumah makan Wong Solo. Ketika seorang teman memesan menu cumi-cumi balado, teman saya lainnya langsung mengingatkan untuk tidak memesan es jeruk ataupun jeruk hangat. Loh? Kenapa? Saya jadi bingung sendiri. Kemudian rekan kerja saya ini mengeluarkan tablet-nya, dan membuka article di kaskus, yang menjelaskan tentang larangan memakan atau meminum jeruk setelah memakan seafood. Dan tidak tanggung-tanggung, disana dijelaskan dengan sangat frontal mengenai seorang wanita yang mengalami kondisi dimana hati, jantung, ginjal, pembuluh darahnya rusak, usus keluar darah, pembuluh darah melebar hingga wanita itu meninggal mengenaskan dengan kelima panca indera keluar darah setelah mengkonsumsi vitamin C dan sebelumnya memakan banyak udang.
Nah,
kalau memang benar adanya, mengapa sampai detik ini, di rumah makan yang
menjual menu seafood, masih saja disediakan daftar menu minuman yang mengandung
viamin C tinggi, seperti jus jeruk dan lain-lain? Bukankah lebih baik, jika
dilakukan tindakan pencegahan.
Jadi,
mengapa seafood jika bereaksi dengan vitamin C dapat menghasilkan senyawa yang
beracun? Sederhana saja, KATANYA SIH, Arsenic Pentoxide (As2O5)
yang terkandung dalam seafood, akan bereaksi secara kimia dengan vitamin C
didalam perut, yang membuat Arsenic Pentoxide (As2O5) berubah menjadi Arsenic
Trioxide (As2O3) yang sangat beracun.
Untuk orang yang berpikiran simple, dengan ilmu kimia yang sudah
tidak tersentuh selama hampir tujuh tahun, saya mulai berpikir, apakah bisa
Arsenic Pentoxide (As2O5) berubah menjadi Arsenic
Trioxide (As2O3)? Mengapa jumlah unsure oxide-nya bisa
berkurang dari lima menjadi tiga? Memangnya apa sih komposisi senyawa kimia
vitamin C itu?
Karena penasaran, akhirnya saya menilik lebih lanjut mengenai
perihal ini. Pertanyaan pertama, apa sih arsenic itu? Menurut situs Wisconsin Department of Health Service, arsenic dan senyawa lainnya yang
mengandung arsenic memang berbahaya, tetapi dengan kadar tertentu. Kandungan
arsenik di bawah nilai 10 ppb, pada air atau makanan lainnya tidak berbahaya.
Bahkan air tersebut dapat diminum. Namun, air dengan kadar arsenic antara
10-500 ppb, berbahaya untuk diminum dan digunakan untuk memncuci sayuran dan
buah-buahan. Malahan, untuk air dengan kadar arsenic diatas 500 ppb, sangat
tidak dianjurkan, bahkan untuk mandi dan flushing toilet sekalipun.
Pertanyaan kedua, apakah benar seafood mengandung arsenic? Dan
jawabannya adalah, ya. Ikan laut dan seafood lainnya secara natural mengandung
arsenic yang tinggi. Namun, arsenic pada seafood tidak beracun, dan dikenal
dengan sebutan “Fish Arsenic”. Mengapa? Menurut penelitian yang dilakukan oleh Food Standards Agency arsenic pada seafood adalah arsenic dalam bentuk organic,
sehingga tidak berbahaya. Namun, khusus pada kerang laut, mengandung inorganic
arsenik, tetapi dengan kadar yang sangat rendah, sehingga bisa dikatakan tidak
berbahaya juga jika dikonsumsi.
Pertanyaan ketiga, apakah bisa Arsenic Pentoxide (As2O5)
berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3)? Jawabannya
lagi-lagi adalah, ya. Ternyata, informasi dari wikipedia menjelaskan bahwa Arsenic
Trioxide (As2O3) akan bereaksi dengan oksigen (O2) dalam proses
pembakan (combustion) dan menghasilkan Arsenic Pentoxide (As2O5).
Dan ternyata reaksi kimia ini dapat terjadi sebaliknya atau bersifat reversible.
Pertanyaan terakhir, apa sih rumus senyawa kimia pada vitamin C?
Apakah benar Arsenic Pentoxide (As2O5) jika bereaksi
dengan vitamin C akan berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3)?
Menurut informasi dari wikipedia, vitamin C atau Ascorbic Acid memiliki
rumus senyawa kimia C6H8O6. Dimana, jika bereaksi dengan senyawa As2O5,
kemungkinan tidak akan berubah menjadi As2O3 (* agak sok
tahu), apalagi tanpa proses pembakaran.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, apapun bentuk arsenicnya,
entah Arsenic Pentoxide (As2O5) entah Arsenic Trioxide
(As2O3), jika masuk kedalam jenis arsenic inorganic,
sangatlah berbahaya dan beracun. Kedua, arsenic yang secara natural terkandung
dalam makanan, tidak beracun. Namun, kandungan arsenik inorganic dapat masuk ke
dalam makanan dari berbagai sumber, seperti air atau tanah yang telah
terkontaminasi. Sumber kontaminasi bisa saja dari proses pembakaran batu bara,
peleburan tembaga, dan lain-lain.
Jadi, wanita pada contoh diatas, bisa jadi keracunan arsenic dari sumber lainnya, bukan dari udang yang dimakan olehnya (* lagi-lagi sok tahu).
Komentar
Posting Komentar