Setelah lelah dengan kesibukan ngantor hampir 12 jam sehari, saya pikir ketika tiba waktunya untuk berlibur, saya akan menghabiskannya untuk leyeh-leyeh dan bermalas-malasan di rumah selama tiga minggu. Tapi ternyata, bermalas-malasan juga ada batasnya. Ketika saya mendapatkan kesempatan untuk cuti selama tiga minggu, waktu satu minggu pertama di rumah, saya manfaatkan untuk menikmati hidup dengan ritme yang slow. Saya banyak mengerjakan pekerjaan rumah, macam menyapu, mengepel, mencuci baju, dan menyetrika. Kadang, waktu luang saya, saya selingi dengan berjalan keliling kota dan membaca buku. Sanking melimpahnya waktu luang yang saya miliki, buku “Titik Nol” sebanyak lebih dari 500 halaman bisa khatam dalam waktu seminggu. Namun, belum genap satu minggu, rasanya saya sudah ingin mencicipi lagi hidup dengan ritme yang lebih dinamis, walau bukan dengan bekerja. Rasanya, pada saat itu saya ingin segera keluar dari rumah, dan bahkan ingin segera keluar dari kota Surabaya yang terken...
berkisah dari bilik kamar 202. pindah ke bilik kamar 104. dan rumah nomor 45 di gang ke-7. what next?